KONSELING
ANALISIS
TRANSAKSIONAL
Tugas ini disusun guna memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Teori-teori Konseling II”
Dosen Pengampu : Hastin
Budisiwi, S. Psi
Di
Susun Oleh :
Nama
: NIM
1. paturochman 1111500041
2. Eko
Hardiyanto 1111500093
3. Saeful Anwar 1111500056
4. Dewi
Mustika Sari 1111500237
5. Dias
Irmafatti 1111500015
6. Dwi
Asih Anggraeni 1111500091
7. Laelatul
Latifah 1111500202
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan Makalah Pendekatan Analisis Transaksional ini, tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “ Teori- Teori Konseling II
”.
Saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Hastin Budisiwi,S.Psi. selaku dosen
mata kuliah ” Teori- Teori Konseling II ”. selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya
juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik
lagi.
Tegal,
01 Oktober 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Analisis transaksional
adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan
interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi
individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini
menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan
dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses
terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka
proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna
kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional
dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini
Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa
dan anak.
Berne mengamati bahwa
kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak,
dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara
ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga
dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
B. Rumusan Masalah
1.
.Nama Pendekatan dan Tokoh
2.
Konsep dasar
3.
Tujuan
4.
Proses Konseling
5.
Teknik Konseling
6.
Keuntungan Konseling Analisis
Transaksional
7.
Kelemahan dan Kelebihan
8.
Asumsi Perilaku Bermasalah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Nama Pendekatan dan Tokoh
Teori
analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya
dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa
terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori
terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua
bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah
satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata
transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah
pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan
untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di
dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
B. Konsep Dasar
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang
mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih
untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah
diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas
untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi
mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman
yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu
apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada
suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku
yang berbeda sesuai status egonya :
-
Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua.
Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing
parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
-
Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran
sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan
kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan
kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia
untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
-
Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih
dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi
perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu
yang ditunjukkan dalam sikap
impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua
adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua
dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan
empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan
sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu
dikonseptualisasikan sebagai berikut :
a.
I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif
karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang
lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat,
karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya
sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b.
I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai
motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang
dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini
adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan
posisi I’m OK – You’re not OK. Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang
selalu merasa benar dan orang lain salah.
c.
I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu
yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan,
karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak
mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan
selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada
kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering
kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan
bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d.
I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang
tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi
dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi
yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh : karena pengaruh orang
tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai
menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup
umur dan bisa memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam
kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya
tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh
diri atau pembunuhan.
C.
Tujuan
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
-
Membantu
klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah
tingkah laku dalam kehidupannya.
-
Memberikan
kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta
keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari
cara-cara yang bersifat deterministic.
-
Memberikan
bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk
memantapkan dan mematangkan status egonya.
- Proses
Konseling
Dalam proses
konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan
tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis
transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai
tujuan konseling.
Menurut Harris
peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru,
trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini
diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati
suatu tujuan bersama konselor.
Selanjutnya
dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan
tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung
jawabnya.
Dalam proses
konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar
tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi
konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas
hubungan konselor dan klien.
- Teknik-teknik dalam Analisis Transaksional
Menurut
M.Ramli Secara umum Teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam
Analisis Transaksional, yaitu:
Permission
(Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen
untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual
pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan
mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan;
3) tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klian memainkannya.
Protection
(Proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan
untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego
Dewasa dan Status Ego Anak.
Potency
(Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan
dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak
pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik Khusus
menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi, Spesifikasi,
Konfrontasi, Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi.
a.
Analisis
Transaksional
Analisis Transaksional memperhatikan interaksi antara berbagai status ego. Ada tiga macam tipe
transaksi ;
1. Transaksi
komplementer ( melengkapi )
Yaitu bila stimulus yang diberikan mendapat respon
yang diharapkan. Jenis transaksi ini
merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan
makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh
pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi
komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi
terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu
adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat
dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di
antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
Contoh :
-
Saya
kesal sekali. Ingin rasanya membuang dan melempar semua barang-barang ini.
-
Ada
hal yang membuat kamu marah, sehingga kamu ingin merusak semuanya? Begitukah?
2.
Transaksi
silang ( crossed )
Yaitu bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang
diharapakan. Hal ini terjadi
manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons
sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya
komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan.
Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman
sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.
Contoh :
-
Aduh,
rasanya sebel sekali jika ada orang yang selalu bicara terus-menerus seperti
sekarang ini.
-
Begitu
saja mengeluh.
3.
Transaksi
tersembunyi/terselubung ( ulterior )
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara
komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap
yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons
tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Maksudnya adalah bila stimulus yang
tampaknya dewasa seharusnya diarahkan pada dewasa. Tetapi dalam terselubung
adalah menyembunyikan maksud yang sebenarnya yaitu sikap dewasanya malah justru
mengarah lain bukan ke dewasa, tetapi dewasa ke anak atau orang tua ke anak.
Dalam transaksi tersembunyi/terselubung ini biasanya
diikuti oleh bahasa non verbal (pergantian tinggi nada suara, ekspresi wajah,
sikap badan).
Contoh :
-
Jam
berapa kita latihan dan meeting hari ini selesai?
-
Jam
21:00. Masih ada waktu untuknonton ke bioskop.
b.
Analisis Struktural
Teknik ini dapat dikatakan sebagai alat untuk mendorong
seseorang menjadi sadar terhadap isi dan fungsinya dari ego statusnya masing-masing.
Dalam proses analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi
dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis struktural membantu klien
memecahkan kembali pola-pola status ego yang dimunculkannya dalam proses
transaksional. Dalam kaitan ini analisis struktural mendasarkan pada dua
masalah yang berhubungan dengan struktur kepribadian yakni :
-
Kontaminasi
dan
-
Eksklusi
1.
Kontaminasi
Terjadi bilamana isi dari salah satu status ego bercampur
dengan status ego yang lain seperti :
-
SEO
berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Anda tidak dapat menghargai kelompok minoritas yang
terkutuk itu. Pernyataan ini menunjukkan sikap dan ide prasangka yang merupakan
ciri utama dari jenis kontaminasi ini.
-
SEA
berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Setiap orang selalu mencari saya, tak seorang pun yang
berbuat baik. Pernyataan ini menunjukkan gangguan persepsi tentang realitas
yang merupakan ciri dari jenis kontaminasi ini.
-
SEO
dan SEA berkontaminasi dengan SED
Refleksi pernyataan jenis kontaminasi ini lebih bersifat
mengklonkusikan tipe-tipe pernyataan pada kontaminasi orang tua dan anak.
Pernyataannya lebih bersifat depensif dan rasional.
2.
Eksklusi
Terjadi bilamana SEO, SED, dan SEA menjadi eksklusif (membengkak). Ada tiga hal:
-
SEO
yang konstan, maka akan mengeksklusif SED dan SEA
Orang yang selalu berorientasi dalam pekerjaan dan tugas.
Dia menjadi orang yang moralistis, judgemental, dan demand (selalu membutuhkan
orang lain). Namun perilakunya mendominasi dan otoriter.
-
SED
yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SEA
Orang yang objektif, yang selalu bekerja dengan
mempertimbangkan pernyataan-pernyataan fakta, kurang memiliki perasaan dan
kurang spontan.
-
SEA
yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SED
Orang yang memperlihatkan perilaku anak, selalu bersifat
bergantung, lari dari tanggung jawab, ingin mencoba-coba, tidak stabil dalam
perilaku, kurang mampu untuk berpikir, dan mengatasi permasalahan sendiri.
c.
Analisis
Script
Analisis Script ini didasarkan pada konseppsikologi
seseorang. Teknik ini didasarkan agar setiap individu untuk mengungkapkan
posisinya dalam kehidupannya (life script) untuk menghadapi suatu peristiwa
tertentu kemudian di analisis apakah ia berada dalam posisi :
-
I’m
OK – You’re OK
-
I’m
not OK – You’re OK
-
I’m
OK – You’re not OK
-
I’m
not OK – You’re not OK
Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat,
karakteristik, serta kondisi psikologi yang dimiliki seseorang. Jika individu
sadar akan life script nya maka posisi itu dapat diubah dan diprogramkan.
Karena Analisis Script ini membuka alternatif baru bagi seseorang dalam memilih
dan menentukan tindak lanjut kehidupannya.
d.
Role
Playing (bermain peranan)
Prosedur transaksional dapat juga dikombinasikan teknik
psikodrama atau role playing. Dalam terapi kelompokini situasi role playing
dapat melibatkan berbagai peran yang diharapkan dari anggota-anggota, termasuk
peran tertentu yang menunjuk ego tertentu yang diharapkan.
Melalui
role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang harus ia
mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien dapat mengubah
perilakunya.
Contoh :
Dalam interaksi dengan konselor ia selalu mengemukakan
bahwa ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan si A yang selalu dapat mengatsi
masalah dengan dewasanya, sedangkan dirinya merasa masih belum bisa seperti si
A tapi masih belum bisa mengatasi masalahnya dengan sikap yang dewasa.
Maka dalam role playing, konselor justru akan menjadikan
anak tersebut untuk berperan sebagai si A. Disamping itu tanpamelibatkan suatu
peran tertentu klien dapat belajar dari anggota yang lainnya, bagaimana ia
harus bisa berorientasi dengan status ego yang diharapkan
e.
Family
Modeling
Teknik ini digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
analisis struktural, khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Melalui
teknik ini, klien diminta untuk berimajinasi terhadap posisi tertentu.
Contoh :
Bagaimana kalau ia menjadi seorang direktur, aktor atau
profesor. Selanjutnya imajinasi itu dan bayangannya ini digantikan
(disubstitusikan) dalam situasi kelompok model ( dalam lingkungan anggota
keluarganya ).
- Keuntungan Konseling Analisis Transaksional
Beberapa keuntungan
Konseling Analisis Transaksional adalah :
-
Terminologi yang sederhana dapat dipelajari dengan
mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks.
-
Klien diharapkan dan didorong untuk mencoba dalam
hubungan di luar konselinguntuk mengubah perilaku yang salah,
-
Perilaku klien ”disini dan sekarang”, merupakan cara
untuk membawa perbaikan klien.
-
Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan
sosial.
G. Kelemahan dan Kelebihan Dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1.
Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah
menggunakannya.
2.
Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan
awal mereka.
3.
Integrasi antara konsep dan praktek analisis
transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor
bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan
pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari
sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik
dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku.
Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan
mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali
konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya
tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional.
Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka
untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan
victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka
sendiri bagaimana mereka akan berubah.
4.
Memberikan sumbangan pada konseling multikultural
karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan
permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1.
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam
analisis transaksional cukup membingungkan.
2.
Penekanan Analisis Transaksional pada struktur
merupakan aspek yang meresahkan.
3.
Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif
behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4.
Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin
tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu
hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis
transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang
dipertukarkan).
Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang
sebagai suatu transaksional ( interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab )
dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai
fungsi tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses
timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.
Berne mengamati bahwa
kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak,
dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara
ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga
dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut
tidak dimanfaatkan dengan baik karena hanya menerapkan satu jenis status ego
saja ( SEA,SEO, atau SED ).
DAFTAR PUSTAKA
Surya Mohammad, (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Pujosuwarno Sayekti, (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking