Woensdag 15 Mei 2013







KONSELING
ANALISIS TRANSAKSIONAL
Tugas ini disusun guna memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Teori-teori Konseling II”
Dosen Pengampu : Hastin Budisiwi, S. Psi
Di Susun Oleh :
Nama :                                           NIM
1.      paturochman                           1111500041               
2.      Eko Hardiyanto                      1111500093   
3.      Saeful  Anwar                         1111500056               
4.      Dewi Mustika Sari                  1111500237
5.      Dias Irmafatti                          1111500015
6.      Dwi Asih Anggraeni               1111500091
7.      Laelatul Latifah                      1111500202               
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Pendekatan Analisis Transaksional ini, tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “ Teori- Teori Konseling II ”.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Hastin Budisiwi,S.Psi. selaku dosen mata kuliah ” Teori- Teori Konseling II ”. selama penyusunan makalah  ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Saya juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.






Tegal, 01 Oktober 2012

Penulis                                                                                                                                                                                                                                                                        
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.
B. Rumusan Masalah
1.      .Nama Pendekatan dan Tokoh
2.      Konsep dasar
3.      Tujuan
4.      Proses Konseling
5.      Teknik Konseling
6.      Keuntungan Konseling Analisis Transaksional
7.      Kelemahan dan Kelebihan
8.      Asumsi Perilaku Bermasalah



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Nama Pendekatan dan Tokoh

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

B.     Konsep Dasar
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
-          Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
-          Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
-          Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
a.       I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b.      I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK. Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
c.       I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
            Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d.      I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
            Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.



C.    Tujuan
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
-          Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
-          Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
-          Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
  1. Proses Konseling
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling.
Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.
Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.



  1. Teknik-teknik dalam Analisis Transaksional

Menurut M.Ramli Secara umum Teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam Analisis Transaksional, yaitu:
Permission (Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan; 3) tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klian memainkannya.
Protection (Proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego Anak.
Potency (Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik Khusus menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi.

a.       Analisis Transaksional
Analisis Transaksional memperhatikan interaksi antara berbagai status ego. Ada tiga macam tipe transaksi ;
1.      Transaksi komplementer ( melengkapi )
Yaitu bila stimulus yang diberikan mendapat respon yang diharapkan.  Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena ter­jadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran­saksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.


Contoh :
-               Saya kesal sekali. Ingin rasanya membuang dan melempar semua barang-barang ini.
-               Ada hal yang membuat kamu marah, sehingga kamu ingin merusak semuanya? Begitukah?
2.      Tran­saksi silang ( crossed )
Yaitu bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang diharapakan. Hal ini terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah­pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.
Contoh :
-               Aduh, rasanya sebel sekali jika ada orang yang selalu bicara terus-menerus seperti sekarang ini.
-               Begitu saja mengeluh.
3.       Transaksi tersembunyi/terselubung ( ulterior )
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Maksudnya adalah bila stimulus yang tampaknya dewasa seharusnya diarahkan pada dewasa. Tetapi dalam terselubung adalah menyembunyikan maksud yang sebenarnya yaitu sikap dewasanya malah justru mengarah lain bukan ke dewasa, tetapi dewasa ke anak atau orang tua ke anak.
Dalam transaksi tersembunyi/terselubung ini biasanya diikuti oleh bahasa non verbal (pergantian tinggi nada suara, ekspresi wajah, sikap badan).
Contoh :
-               Jam berapa kita latihan dan meeting hari ini selesai?
-               Jam 21:00. Masih ada waktu untuknonton ke bioskop.
b.      Analisis Struktural
Teknik ini dapat dikatakan sebagai alat untuk mendorong seseorang menjadi sadar terhadap isi dan fungsinya dari ego statusnya masing-masing. Dalam proses analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis struktural membantu klien memecahkan kembali pola-pola status ego yang dimunculkannya dalam proses transaksional. Dalam kaitan ini analisis struktural mendasarkan pada dua masalah yang berhubungan dengan struktur kepribadian yakni :
-            Kontaminasi dan
-            Eksklusi
1.      Kontaminasi
Terjadi bilamana isi dari salah satu status ego bercampur dengan status ego yang lain seperti :
-            SEO berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Anda tidak dapat menghargai kelompok minoritas yang terkutuk itu. Pernyataan ini menunjukkan sikap dan ide prasangka yang merupakan ciri utama dari jenis kontaminasi ini.
-            SEA berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Setiap orang selalu mencari saya, tak seorang pun yang berbuat baik. Pernyataan ini menunjukkan gangguan persepsi tentang realitas yang merupakan ciri dari jenis kontaminasi ini.
-            SEO dan SEA berkontaminasi dengan SED
Refleksi pernyataan jenis kontaminasi ini lebih bersifat mengklonkusikan tipe-tipe pernyataan pada kontaminasi orang tua dan anak. Pernyataannya lebih bersifat depensif dan rasional.

2.      Eksklusi
Terjadi bilamana SEO, SED, dan SEA menjadi eksklusif  (membengkak). Ada tiga hal:
-            SEO yang konstan, maka akan mengeksklusif SED dan SEA
Orang yang selalu berorientasi dalam pekerjaan dan tugas. Dia menjadi orang yang moralistis, judgemental, dan demand (selalu membutuhkan orang lain). Namun perilakunya mendominasi dan otoriter.
-            SED yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SEA
Orang yang objektif, yang selalu bekerja dengan mempertimbangkan pernyataan-pernyataan fakta, kurang memiliki perasaan dan kurang spontan.
-            SEA yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SED
Orang yang memperlihatkan perilaku anak, selalu bersifat bergantung, lari dari tanggung jawab, ingin mencoba-coba, tidak stabil dalam perilaku, kurang mampu untuk berpikir, dan mengatasi permasalahan sendiri.
c.       Analisis Script
Analisis Script ini didasarkan pada konseppsikologi seseorang. Teknik ini didasarkan agar setiap individu untuk mengungkapkan posisinya dalam kehidupannya (life script) untuk menghadapi suatu peristiwa tertentu kemudian di analisis apakah ia berada dalam posisi :
-            I’m OK – You’re OK
-            I’m not OK – You’re OK
-            I’m OK – You’re not OK
-            I’m not OK – You’re not OK
Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat, karakteristik, serta kondisi psikologi yang dimiliki seseorang. Jika individu sadar akan life script nya maka posisi itu dapat diubah dan diprogramkan. Karena Analisis Script ini membuka alternatif baru bagi seseorang dalam memilih dan menentukan tindak lanjut kehidupannya.

d.      Role Playing (bermain peranan)
Prosedur transaksional dapat juga dikombinasikan teknik psikodrama atau role playing. Dalam terapi kelompokini situasi role playing dapat melibatkan berbagai peran yang diharapkan dari anggota-anggota, termasuk peran tertentu yang menunjuk ego tertentu yang diharapkan.
            Melalui role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang harus ia mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien dapat mengubah perilakunya.
Contoh :
Dalam interaksi dengan konselor ia selalu mengemukakan bahwa ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan si A yang selalu dapat mengatsi masalah dengan dewasanya, sedangkan dirinya merasa masih belum bisa seperti si A tapi masih belum bisa mengatasi masalahnya dengan sikap yang dewasa.
Maka dalam role playing, konselor justru akan menjadikan anak tersebut untuk berperan sebagai si A. Disamping itu tanpamelibatkan suatu peran tertentu klien dapat belajar dari anggota yang lainnya, bagaimana ia harus bisa berorientasi dengan status ego yang diharapkan

e.       Family Modeling
Teknik ini digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam analisis struktural, khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Melalui teknik ini, klien diminta untuk berimajinasi terhadap posisi tertentu.
Contoh :
Bagaimana kalau ia menjadi seorang direktur, aktor atau profesor. Selanjutnya imajinasi itu dan bayangannya ini digantikan (disubstitusikan) dalam situasi kelompok model ( dalam lingkungan anggota keluarganya ).






  1. Keuntungan Konseling Analisis Transaksional
Beberapa keuntungan Konseling Analisis Transaksional adalah :
-          Terminologi yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks.
-          Klien diharapkan dan didorong untuk mencoba dalam hubungan di luar konselinguntuk mengubah perilaku yang salah,
-          Perilaku klien ”disini dan sekarang”, merupakan cara untuk membawa perbaikan klien.
-          Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial.

G.     Kelemahan dan Kelebihan Dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Kelebihan Menurut Gerald Corey :
1.      Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2.      Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
3.      Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.
4.      Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1.      Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
2.      Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3.      Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4.      Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.














BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional ( interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab ) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik karena hanya menerapkan satu jenis status ego saja ( SEA,SEO, atau SED ).








DAFTAR PUSTAKA

Surya Mohammad, (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Pujosuwarno Sayekti, (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset.



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking