B. Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif
psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang
berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik,
pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam
bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai
psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami
perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin
perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini.
(John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, halaman 330).
C. Seperti apakah teori humanistik
itu?
Psikologi humanistik
mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan
mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang
sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir
secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam
meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung
jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan
untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Menurut teori
humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri,
yang diterjemahkan menjadi "ANDA", dan Anda "persepsi" dari
"Anda" pengalaman. Veiw ini berpendapat bahwa Anda bebas untuk memilih perilaku Anda sendiri,
daripada bereaksi terhadap rangsangan lingkungan dan reinforcers. Masalah
berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan adalah hal yang
terpenting. Fokus utama adalah untuk memfasilitasi pengembangan
pribadi. Dua teori utama yang terkait dengan pandangan ini adalah Carl
Rogers dan Abraham Maslow.
D. Humanistik Menurut Carl Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan
teori pribadi terpusat. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal
terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek
pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep
dirinya.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep
diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua
konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi,
yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah
ketidakcocokan antara diri yang
dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin. Seseorang dikatakan dalam keadaan inkongruensi jika beberapa dari
totalitas pengalaman mereka tidak bisa diterima untuk mereka dan ditolak atau
terdistorsi dalam citra diri. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana
pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,
integral, dan sejati.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain.
Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi
menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat)
dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya
adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini
berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person
sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan
penuh kepercayaan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri
dari konsep-konsep unik untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep
tersebut antara lain :
1. Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers
percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk
dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2. Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis
yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian
batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik
atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
3. Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri
kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal
diri pada anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua
puluhan dll
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia
berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang
memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia
tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu
itu.
Rogers
membedakan dua tipe belajar yaitu :
1. Kognitif ( kebermaknaan )
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan
pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari
mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiantial learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup keterlibatan siswa
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek
yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah
aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia
tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari
fisiologis ke psikologis.
Pada dasarnya, ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran, yaitu :
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar
2. Siswa akan mempelajari hal- hal yang bermakna bagi
dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa
berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
6. Belajar mengalami (experiental learning) dapat
terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami, dapat
memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini
berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami, menuntut keterlibatan siswa secara
penuh dan sungguh-sungguh.
Dalam bukunya yang berjudul Freedom To
Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip- prinsip dasar humanistik
yang penting, diantaranya adalah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi
pelajaran dirasakan murid mempunyai relefansi dengan maksud- maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas- tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih
mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu
semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap siswa rendah, pengalaman
dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda- beda dan terjadilah proses
belajar.
f. Belajar bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi
siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat
memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdkaan,
kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk
mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain
merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara social di dalam
dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang
terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu.
Rogers juga
mengemukakan saran tentang langkah-langhkah pembelajaran yang perlu dilakukan
oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
a) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas
memilih belajar secara terstruktur.
b) Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c) Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar
menemukan (discovery learning).
d) Guru menggunakan metode simulasi.
e) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu
menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
f) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
g) Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar
tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah
sebagai berikut:
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide- ide siswa untuk melaksanakan
interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara pelaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
7. Tersenyum pada siswa.
Dari penelitian diketahui guru yang fasilitatif
mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah,
serta siswa- siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang
lebih tinggi.
E. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center )
yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok
diterapkan untuk materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang,
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
F. Kelemahan Teori Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak
pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan
pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers
berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat
memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat
sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak
tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam
tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan
masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman
traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Selain kelemahanyang
telah diuraikan di atas, ada beberapa argumantasi mengenai kritik dari teori
humanistik, yaitu sebagai berikut :
1. Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan
gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2. Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik,
tidak bisa diuji dengan mudah
3. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti
misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram
dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja
mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri,
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap
nilai individualistis
G. Perbedaan Teori Rogers dengan Teori Maslow
Carl Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian besar dari
apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang
untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan
mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang
dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan
dipahami).
Satu perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah
penekanan bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman. Puncak pengalaman saat di dalam hidup yang membawa kita
melampaui persepsi biasa, pikiran, dan perasaan. Biasanya, individu merasa
berenergi, lebih "hidup". Dalam beberapa hal, pengalaman puncak mirip
dengan konsep Zen satori (harfiah "pencerahan"), yang, seperti
pengalaman puncak, datang tanpa diduga, dan mengubah pemahaman individu tentang
diri dan dunia. Karena sifat "mistis" dari pengalaman puncak,
beberapa psikolog kurang nyaman dengan teori Maslow daripada dengan Rogers,
yang menggunakan konsep yang lebih mudah berhubungan dengan psikologi
"mainstream". Mungkin, ini account untuk Maslow yang dipandang
sebagai kurang berpengaruh di antara terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada
keraguan bahwa gagasan Maslow tentang motivasi telah menjadi dikenal secara
luas dan digunakan, sebagai link di bawah ini membantu untuk menggambarkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pemaparan makalah di atas antara lain sebagai berikut :
1. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
2. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok diterapkan untuk materi- materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
3. Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak
pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan
pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons
secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers
juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku
manusia
4. Perbedaan teori Rogers
dan teori Maslow adalah menurut Rogers bagi seseorang untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan
yang menyediakan mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure),
penerimaan (yang dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati
(didengarkan dan dipahami). Perbedaan yang lain adalah penekanan bahwa Maslow
memberikan ke puncak pengalaman.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking